Nuansa Kabut Cinta Bromo

Nuansa Kabut Cinta Bromo – Setelah 4 hari di Kota Gudeg, kini saatnya melanjutkan perjalanan ke Kota Apel, yaitu Kota Malang. Menggunakan Kereta Api Maliobro Ekpress Jam 8 pagi. Cuaca Mendung kota Jogja mengiringi saat keberangkatan ke Kota Malang. Sepanjang perjalanan ternyata cuaca tidak berubah, mendung hingga hujan. Begitu pula ketika tiba di Stasiun Malang Kota. Cuaca mendung menyelimuti kota Malang Saat kami tiba.Nuansa Kabut Cinta Bromo

Alhamdulillah tiba juga di Kota Malang, segera keluar dari Stasiun dan menuju ke Masjid Jami’ yang merupakan salah satu mesjid besar di kota Malang ini. Lokasinya seberang Alun-Alun Malang. Seusai makan dan solat, kami melanjutkan perjalanan ke penginapan di sekitar Malang. Penginapan di booking hanya untuk meletakkan tas dan mandi. Karena malamnya akan melanjutkan perjalanan ke Bromo.

Malam pun tiba, cuaca kota Malang begitu dingin karena hujan deras yang belum juga berhenti. Menggunakan taksi online, kami pun ke Alun-alun kota Malang lagi. Karena titik kumpul untuk trip bromo di alun-alun.

Jam 12 malam, Jeep yang akan membawa ke bromo pun tiba. Bergegas masuk ke Jeep karena hujan pun kembali turun. Menunggu rombongan jeep lainnya di minimarket, karena biasanya Jeep dari Malang ke Bromo berangkat bersamaan. Sekitar jam 1, Jeep pun berangkat ke Bromo. Udara yang dingin pun kian menemani perjalanan ini. Sekitar Jam setengah 4 dini hari, kami pun sampe di area parkir Penanjakan Gunung Bromo.Nuansa Kabut Cinta Bromo

Kami berada di Penanjakan tentunya ingin melihat Sunrise yang muncul di balik gunung Bromo. Tapi Saat itu cuaca juga belum berubah, Gerimis, kabut dan dingin. Sejenak menghangatkan tubuh di sebuah warung yang tidak jauh dari area parkir Jeep tadi. Memesan the panas dan beberapa gorengan untuk menghangatkan tubuh sejenak. Sambil berharap cuaca akan cerah ketika subuh.

Waktu Sunrise yaitu sekitar jam 6, sekitar jam 5 pagi kami sudah bergerak menuju ke Penanjakan View. Mulai khawatir karena cuaca tidak kunjung membaik. Hujan masih terus menyelimuti. Para wisatawan pun menggunakan mantel hujan.

Di Penanjakan sudah ramai ratusan orang berkumpul dengan mantelnya demi melihat sunrise yang katanya begitu indah dari sini. Waktu terus berputar, waktu sunrise yang seharusnya telah terlewati. Namun Kabut tebal dan dingin pun tak kian menghilang. Kekecewaan pun timbul saat itu. Tapia pa daya mengeluh tiada guna. Karena Cuaca siapa yang bisa menebaknya.Nuansa Kabut Cinta Bromo

Alam belum bersahabat saat itu, Gunung Bromo dengan Golden Sunrisenya pun belum bisa menampakkan dirinya. Karena tertutup Kabut yang tebal. Yasudahlah, setelah sekitar 1 jam lebih bertahan di atas sini, kabut pun tidak menghilang, para wisatawan akhirnya menyerah dan turun. Karena tak ada Sunrise pada hari ini.

Tanpa berlama-lama, kami pun melanjutkan turun kebawa untuk melihat savana, Pasir Berbisik serta Kawah Gunung Bromo. Lagi-lagi Alam belum bersahabat, kabut semakin tebal dan hujan pun kembali turun, meski tidak deras tapi cukup membuat basah lah.. Akhirnya sudah semakin pasrah, dan berkata kalau hari ini belum lah ke Bromo. Karena tidak bisa melihat apapun disini.

Pilihan terakhir dari trip ini adalah berfoto di bukit hijau yang biasa disebut bukit Teletubies. Ya disini kabut sudah sedikit menghilang, sehingga para wisatawan bisa berfoto disini. Kata orang sih keren berfoto di Bukit Teletubies ini, tapi jujur bagi saya ini biasa, sebab saya tinggal di Sumatera Utara yang dekat dengan Danau Toba. Bukit Hijaunya tidak kalah keren dan kece menurut saya.Nuansa Kabut Cinta Bromo

Akhirnya kami kembali ke kota Malang dan berharap bisa kembali lagi ke Bromo dengan cuaca yang lebih bersahabat dari ini. Hay Bromo, semoga bisa menyambut kedatanganku di lain hari dengan senyuman hangatmu. 😀

Sesampai di Kota Malang, bergegas packing kembali untuk melanjutkan liburan ini. Tujuan selanjutnya yaitu bermain-main di Kota Batu, Malang. Oke Tunggu cerita selanjutnya ya… ^_^..

18 thoughts on “Nuansa Kabut Cinta Bromo”

  1. Aku sampe sekarang belum pernah ke Bromo. Kalo Batu ama Malang bolak balik. Ah jadi kangen bakso Malang yang endess itu kan

    Bromo … Yang kebayang cuman satu, musti pagi buta kesananya. Mana dingin pulak. Tapi demi sebuah pemandangan menakjubkan. Kenapa gak 😄😄

  2. Wah, mendaki gunung menjadi aktivitas yang menarik untuk traveller.
    Aku pernah bermimpi bisa sampai disini tapi belum kesampaian.
    Itu cakep kali landscape nya di atas yah, duh maulah diajakin abang itu kesini.hehhee

  3. Jadi inget perjalanan kami ke Bromo tahun 2011 lalu. Waktu itu sekitar bulan Agustus dan cuacanya bagus. Yang beda adalah kami langsung nginep di desa Cemoro Lawang, desa terdekat dengan gunung Bromo. Jadi ya, dijemputnya jam 4 pagi karena relatif deket. Yang seru karena kami berdua bukan pakai mobil jeep melainkan dibonceng motor di tengah gelap yang pekat itu. Hahahaha😂. Tapi seru, sih Rud. Dan selalu kangen pingin ke Bromo lagi😀.

  4. Pingback: Jejaki Dunia Melalui Museum Angkut Kota Batu Malang - Rudi Hartoyo

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.